Sabtu, 24 Desember 2011

40% Penumpang Bisa Tinggalkan Transjakarta

VIVAnews - Berdasarkan hasil survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 2010 lalu, sebanyak 40 persen penumpang bus Transjakarta dipastikan bukan penumpang loyal. Mereka merupakan mantan pengguna kendaraan pribadi roda dua, roda empat, dan taksi.

Pengurus harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan, jika harapan 40 persen orang tersebut tidak dipenuhi oleh Transjakarta, maka bisa dipastikan mereka akan kembali menggunakan kendaraan pribadi. Ini tentu berdampak pada kemacetan yang bertambah parah di Jakarta.

"Bila 40 persen pengguna kendaraan pribadi beralih ke Transjakarta, pasti kemacetan berkurang, tetapi sekarang buktinya masalah waktu datangnya armada menjadi persoalan, pasti mereka kembali ke kendaraan pribadi. Karena pada dasarnya setiap orang tidak ingin berlama-lama di jalan," jelas Tulus.

Awalnya Transjakarta memang sangat signifikan mengurangi kemacetan, tetapi dengan jumlah pertumbuhan kendaraan yang meningkat dengan munculnya 1.500 kendaraan roda dua dan 3.500 roda empat baru, membuat jalan di Jakarta bertambah macet.

"Bagaimana kemacetan bisa berkurang jika tidak ada pembatasan kendaraan. Jadi jika MRT akan diterapkan tetapi pembatasan kendaraan tidak dilakukan maka akan sama saja," jelasnya.

Sepanjang 2011, kata Tulus, konsumen banyak mengeluhkan Transjakarta terutama dalam hal waktu tunggu yang paling dominan. Sesuai dengan karakter angkutan massal di Jakarta, pertimbangan waktu menjadi sangat sensitif.

"Kita sebagai pengguna Transjakarta tidak menentu kan waktunya, dari 7 skala prioritas yang harus diperbarui adalah waktu tunggu, baik waktu tunggu dari halte ke halte maupun keseluruhan waktu tempuh," kata Tulus. (eh)

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar