Selasa, 31 Januari 2012

Tiket Elektronik KRL Mulai Diujicoba

VIVAnews - Mulai hari ini, Rabu 1 Februari 2012, PT Kereta Api (KA) melakukan uji coba tiket elektronik, commuter electronic ticket (commet). Kartu ini sebagai pengganti kartu trayek bulanan (KTB), dan kartu langganan sekolah (KLS) )untuk KRL commuterline.

Sekretaris Perusahaan PT KA Commuter Jabodetabek (KCJ), Makmur Syaheran, mengatakan, commet adalah alat pembayaran pengganti uang tunai yang digunakan untuk transaksi perjalanan KRL sebagai alternatif tiket konvensional yang dapat diisi ulang, seperti konsep isi ulang pulsa ponsel.

Dia menjelaskan ujicoba dilakukan secara bertahap. Tahap awal dilakukan pada 35 stasiun dengan melepas 15ribu kartu. "Kemudian sesudah Juli ditingkatkan lagi menjadi minimal 100 ribu kartu di 63 stasiun," kata Makmur dalam perbincangan dengan VIVAnews.com.

Menurutnya, untuk tahap pertama, pembelian kartu commet dapat dilakukan di 35 stasiun dengan cara mengembalikan formulir yang sudah diisi. Kemudian melampirkan fotokopi identitas diri, dan menyerahkan abonemen Januari 2012.

"Bagi pelanggan yang tidak memiliki kartu berlangganan, maka pembelian dapat dilakukan dari 1-3 Februari 2012. Periode Maret tidak dilakukan penjualan," katanya.

Pengisian saldo awal tahap satu sebesar tarif kartu berlangganan bulanan atau abonemen yang berlaku. Untuk dapat digunakan di bulan berikutnya, commet harus diisi ulang (top up) paling lambat satu minggu sebelum akhir bulan berjalan.

Dia mengungkapkan keunggulan tiket elektronik jauh lebih banyak dibanding tiket manual yang berlaku saat ini. Sebab tidak perlu antre di loket dan lebih transparan untuk audit, karena tidak ada dana bocor, serta pergerakan penumpang bisa diketahui.

Adapun cara penggunaannya yakni setiap hendak menggunakan KRL, pemilik commet cukup menempel kartu di gerbang electronic data capture (EDC) yang ada di stasiun, dan masuk. Saldo pun akan berkurang sesuai tarif yang berlaku. "Bila sudah tidak mau pakai commet, bisa dikembalikan ke loket, dan saldo terakhirnya akan diberikan," ucapnya.

Penerapan tarif dengan kartu ini berdasarkan zona. "Penumpang yang naik dari Bogor dan turun di Depok, maka tarifnya lebih murah dibanding ke Gambir," kata dia.

Juru bicara komunitas pengguna kereta, KRL Mania, Agam Fatchurrochman, menilai program ini masih membingungkan banyak penumpang karena kurangnya sosialisasi.

"Ada orangtua yang bingung ketika harus pergi membawa anak-anaknya naik KRL. Sebab masing-masing harus dibelikan kartu seharga Rp50 ribu. Kalau anaknya tiga, berarti harus keluar uang Rp150rb hanya untuk perjalanan Bogor-Jakarta pulang-pergi," ujar Agama.

Selain itu, lanjutnya, tiket elektronik tidak akan berjalan dengan baik jika tidak dilakukan sterilisasi di stasiun-stasiun.

Menurutnya stasiun harus menjadi area publik terbatas, seperti bandara. Hanya orang berkepentingan yang bisa masuk. "Supaya gerbang electronic data capture dapat bekerja secara maksimal. Karena nantinya semua orang harus lewat itu," katanya.

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar