Rabu, 08 Februari 2012

Kecelakaan di Gedung Tinggi Masih Marak

VIVAnews - Peristiwa yang menyebabkan korban jiwa akibat kelalaian maupun aksi bunuh diri di gedung pencakar langit masih terus terjadi. Dalam sepekan terakhir, setidaknya ada dua orang tewas setelah jatuh dari lantai atas gedung bertingkat.

Seorang perempuan jatuh dari lantai 10 Apartemen Sudirman Park, Jakarta Pusat, Rabu pagi, 8 Februari 2012. Wanita yang belakangan diketahui pembantu rumah itu jatuh akibat terpeleset saat sedang menjemur pakaian. 

Sore harinya, sebuah gondola kembali meluncur jatuh. Kali ini, jatuh di Gedung Multivision Tower, di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Beruntung tidak ada korban jiwa.

Kemudian, 30 Januari 2012 lalu, seorang pria lompat dari lantai tujuh Gajah Mada Plaza, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Bong Djan Khiun, 60, langsung tewas seketika.

Lalu pada 26 Oktober 2011, pekerja jatuh setelah tali gondola yang dinaikinya putus di Menara Batavia di Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Dia tewas di tempat dengan luka mengenaskan. Kepalanya pecah dengan badan penuh luka.

Kasus bunuh diri di Jakarta memang mengalami peningkatan. Aksi terjun bebas dari gedung bertingkat menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir. Tidak sedikit dari mereka yang nekad melakukan aksi ini adalah orang dari kalangan ekonomi mapan. Bunuh diri saat ini bukan hanya milik orang miskin saja.

Catatan Polda Metro Jaya, kasus bunuh diri dengan cara menggantung diri masih yang terbanyak. Disusul kemudian cara mengakhiri hidup dengan terjun bebas di pusat perbelanjaan dan lompat dari apartemen.

Hingga November 2011, ada 102 orang yang mengakhiri hidup karena berbagai masalah. Soal asmara masih jadi alasan klasik dari sebagian pelaku yang tercatat masih remaja.

Jumlah pelaku bunuh diri dengan gantung diri mencapai 76 orang, dan lompat dari gedung tinggi sebanyak delapan orang. Disusul kemudian tembak diri, minum racun, potong nadi, dan bakar diri.

Aksi nekad pada awal tahun, dilakukan Agus Wartono, 35 di Blok M Square pada Senin, 3 Januari 2011. Warga Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan itu, diduga kuat lompat dari lantai 6 mal lantaran tidak tahan dengan penyakit stroke ringan yang sudah lama dideritanya.

Sebelum lompat, karyawan bagian tata usaha SMP Islam Al-iklas Cipete, sempat bertanya kepada petugas keamanan mengenai keberadaan mushala. Sekitar pukul 11.35 WIB, Agus terlihat menaiki pagar pembatas yang tingginya hanya satu meter dan melompat.

Esok harinya, seorang pria bernama Hendrik Cendana lompat dari lantai tiga Mal Gajah Mada Plaza, Jakarta Pusat. Hendrik merupakan pemilik bengkel dinamo di kawasan Tambora, Jakarta Pusat. Sebelum kematiannya, Hendrik sempat membuka toko dan berpamitan pergi.

Menurut kerabat korban, selama sepekan ini Hendrik terlihat depresi dan kebingungan. Beberapa bulan sebelumnya, lelaki berusia 41 tahun itu telihat seperti orang yang mengalami gangguan jiwa. Dia mengamuk dan mengancam banyak orang.

Hanya berselang beberapa jam, aksi terjun bebas dilakukan Iwan (37) dari lantai 9 Hotel Boetiq, kamar 906, Jalan S Parman, Tomang, Jakarta Barat. Tapi Iwan selamat.

Dari keterangan istri korban, ada sejumlah persoalan keluarga yang membuat Iwan depresi, dan mencoba menyelesaikan dengan cara bunuh diri.

Sementara bunuh diri dengan cara yang sama dilakukan Willy Sadoko Wibowo. Lelaki 30 tahun ini lompat dari Apartemen Istana Hormoni, Jakarta Pusat, pada Selasa, 22 Februari 2011.

Dari keterangan kekasih korban yang bernama Wein Dan, Willy mengalami depresi setelah ajakan nikahnya ditolak Wein. Akibat pengaruh alkohol, akhirnya tanpa pikir panjang dia langsung lompat dari jendela lantai 23 apartemen.

Cerita di balik aksi nekad yang dilakukan Innati Kusumo (52) pada Rabu, 2 Maret 2011, terbilang berbeda dengan kasus lain. Dari hasil penyelidikan polisi, Innati mengalami goncangan emosi yang berkepanjangan setelah memasuki masa menopause atau hilangnya masa kesuburan.

Innati terjun bebas dari lantai 21 Apartemen Mediterania Regency, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sebelum bunuh diri, Innati sempat menghubungi suaminya dan berpesan untuk menjaga tiga anaknya.

Kasus bunuh diri di Jakarta hampir terjadi dua kali dalam satu bulan. Jelang akhir tahun, kejadian bunuh diri dengan cara lompat dari pusat belanja juga sering terjadi.

Pada Kamis, 29 September 2011, pemuda 22 tahun bernama Tjen Alvin, mengakhiri hidup dengan cara lompat dari lantai tujuh Imperium Mall Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, jurusan Public Relation, Universitas Bunda Mulia (UBM) itu mengeluh kepada temannya mengenai tugas kuliahnya. Padahal, indeks prestasi (IP) Alvin mencapai 3,17.

Pada Senin 21 November 2011, seorang perempuan bernama Indah Haspriantini (36) melompat dari lantai tiga Apartemen Pallazo, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Menurut keterangan calon suami korban, Mulyanto (39), sebelum melompat, Indah juga berusaha untuk bunuh diri dengan cara memotong pergelangan tangan kirinya dengan pisau cutter.

Sementara 4 Desember 2011 lalu, seorang pria bernama Kevin (35) melompat dari lantai 10 Mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Polisi mengeluarkan pernyataan bahwa korban memang sudah berniat mengakhiri hidupnya. (eh)

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar