Minggu, 26 Februari 2012

Maraknya Premanisme, Wibawa Polisi Diuji

VIVAnews - Beberapa kejadian kekerasan yang terjadi belakangan ini--bahkan dilakukan dengan mempertontonkan kekejaman--sungguh telah meresahkan dan membuat masyarakat sangat terganggu dan tidak nyaman lagi.

Menurut Anggota Komisi III DPR, Didi Irawady Syamsudin, wajar jika masyarakat bertanya-tanya, di mana polisi sebagai aparatur keamanan dan masihkah polisi bisa diharapkan.

"Kok kekerasan ini berulang terjadi, walhasil wibawa polisi jadi pertaruhan," kata dia, yang juga tercatat sebagai Ketua DPP Partai Demokrat, saat dihubungi VIVAnews di Jakarta, Minggu 26 Februari 2012.

Didi menambahkan, premanisme dalam bentuk apapun, baik oleh kelompok pemuda tertentu, bahkan kelompok yang mengatasnamakan keyakinan atau agama tidak diperkenankan di dalam suatu negara demokrasi.

"Premanisme dalam bentuk apapun harus dibasmi. Premanisme telah mematikan persaingan-persaingan cara sehat sehingga menyuburkan kultur kekerasan," ujarnya.

Untuk itu, lanjutnya, aparat keamanan harus lebih aktif mengantisipasi terjadinya aksi kekerasan. Juga bila ada oknum aparat yang bekerja sama dengan preman harus ditindak tegas. "Bukan rahasia umum, preman-preman selama ini sukar ditindak karena sebagian dari mereka membina jaringan dengan oknum penegak hukum," kata Didi.

Kendati demikian, Didi berharap, polisi sigap dan tegas terhadap premanisme ini.  Sebab, kultur premanisme berkembang akibat tidak efektifnya hukum untuk menyelesaikan berbagai masalah. "Ayo polisi, kembalikan wibawa dan kepercayaanmu dihadapan publik. Negara tidak boleh kalah," tuturnya. (adi)

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar