Senin, 13 Februari 2012

Ratusan Pedagang Tutup Kawasan Cikini

VIVAnews - Pedagang yang biasa berjualan di Stasiun Layang Cikini, Gondangdia dan Juanda, berunjuk rasa di depan Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, Selasa 14 Februari 2012. Mereka menolak penggusuran berkedok revitalisasi PT Kereta Api (KA).

Dalam aksinya, ratusan pengunjuk rasa membakar sejumlah batang kayu di tengah jalan di depan Stasiun Cikini.

Peserta aksi yang mengenakan atribut berwarna oranye ini bernyanyi dan membentangkan spanduk bertuliskan "Berdagang Harga Mati, Revitalisasi Bukan Penggusuran". Dalam spanduk yang lain juga tertulis "Audit Managemen Perkeretaapian", "Jangan Jadikan PT KA Mesin ATM".

Koordinator Lapangan Djarkasih Damanik, mengatakan PT KA tidak pernah melakukan sosialisasi sama sekali terkait revitalisasi yang imbasnya pedagang harus mengosongkan lahan pencaharian mereka.

"PT KA hanya kasih surat yang isinya agar pedagang mengosongkan tempat berdagangnya. Bahkan, surat itu cuma fotokopian seperti brosur," kata Djarkasih.

Dia mejelaskan, para pedagang hanya diberitahu mengenai tarif sewa kios, yakni nilai jual objek pajak (NJOP) dikali luas lahan kali 15-20 persen. "Itu kenaikan lebih dari 100 persen. Dulu kami bayar sewa Rp400 ribu per meter per tahun. Sekarang Rp15 juta per 12 meter per tahun," ucapnya.

Menurut Djarkasih, para pedagang setuju soal kenaikan tarif tersebut. Kenaikan tarif itu sudah berlaku sejak Agustus 2011 sampai 31 Januari 2012.

"Tapi kalau ada kenaikan tarif tentunya ada perubahan. Ini tidak ada perubahan apa-apa. Mereka malah melakukan revitalisasi yang cuma kedok untuk menggusur pedagang. Di Stasiun Juanda, sudah kosong para pedagangnya," kata dia.

Sebelumnya, melalui surat tertanggal 2 Februari 2012, PT KA meminta para pedagang dan perajin di tiga stasiun, yakni Cikini, Gondangdia, dan Juanda, untuk mengosongkan toko pada 17 Februari 2012. Pasalnya, pada 20 Februari 2012, PT KA akan memugar stasiun-stasiun tersebut. (eh)

 

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar