Sabtu, 03 Maret 2012

Polda Metro: Bunuh Diri Biasanya Akibat Stres

VIVAnews -- Bunuh diri makin marak terjadi. Di DKI Jakarta misalnya, dalam seminggu ada dua insiden yang menghebohkan masyarakat.

Pada Kamis 1 Maret 2012, seorang siswa SMP 141 Mampang, Jakarta Selatan, Rio Septiadi, ditemukan tewas gantung diri menggunakan tali nilon di jendela kamar mandi rumahnya.

Sebelumnya, pada Selasa 28 Februari uditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Dedek Purwana Cahya ditemukan tak bernyawa terjatuh dari lantai 12 gedung tempatnya bekerja. Diduga kuat, ia bunuh diri.

Dari kaca mata kepolisian, aksi menghabisi nyawa sendiri diduga kuat akibat stres dan tekanan kuat. "Bunuh diri ini kan kebanyakan karena stres, tidak kuat beban hidup, harapan yang tidak sampai, akhirnya bunuh diri," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Rikwanto, di Jakarta, Sabtu 3 Maret 2012.

Berdasarkan data yang dimiliki Polda Metro Jaya, sepanjang 2011, ada 142 kasus bunuh diri di Jakarta. "Terbanyak adalah bunuh diri dengan cara gantung diri sebanyak 82 kasus," kata Rikwanto.

Rikwanto menambahkan, jika dibanding dengan tahun sebelumnya, pada 2011 terjadi penurunan. "Di 2010 angkanya cukup tinggi, sebanyak 177 kasus, dan tertinggi dengan cara gantung diri sebanyak 101 kasus," kata Rikwanto.

Mengenai mengapa banyak orang yang yang ingin mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, Rikwanto mengatakan, mengatakan bahwa cara itu dianggap cara paling cepat untuk mengakhiri hidup. "Mereka itu kan tahu, dari media, mereka lihat di televisi, orang-orang sebelumnya yang mau cepat mati, ya dengan gantung diri, akhirnya mereka ikuti," kata Rikwanto.

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar