Jumat, 25 Maret 2011

Kisah Pilu Agnes, Ibu Narkoba Ayah di Penjara

VIVAnews - Tersangka pembunuh Agnes Kharisma,17 tahun, yang juga ibu kandungnya, Milliatti, ternyata pecandu narkoba jenis ganja. Hal tersebut terungkap saat pemeriksaan di Polres Jakarta Selatan.

Perilaku ibunya membuat Agnes kesal, bahkan tidak mengakui ibu kandungnya sendiri. Dia justru mengaku M sebagai neneknya. "Kalau ditanya ibunya, dia selalu bilang sedang kerja. Berangkat saat dia tidur dan pulang saat dia tidak di rumah," ujar Sinta teman satu bangku Agnes saat SMP.

Menurutnya, korban tergolong anak pintar. Dia sempat mendapat beasiswa. "Bahasa Inggrisnya jago," kata Sinta di Jakarta, Jumat 25 Maret 2011.

Agnes merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kendati pintar, Agnes tidak menyelesaikan sekolahnya di SMP Yayasan Perguruan Rakyat (YPR), Jakarta Selatan. Sinta berteman dengan Agnes saat korban duduk di kelas VIII. "Saat kelas IX dia sudah tidak ada kabarnya lagi. Yang saya tahu dia meninggalkan sekolah tanpa kabar apa pun. Dan terakhir saya dengar dia dibunuh," ungkapnya.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Selatan AKBP Budi Irawan mengatakan, M otak pelaku pembunuh Agnes yang juga ibu kandungnya tersebut ternyata adalah pecandu narkoba jenis Ganja. Dari keterangannya kepada polisi, dia sudah mengkonsumsi narkoba tersebut sejak beberapa tahun lalu. "Dia ngakunya saat kita periksa, dia bilang memang suka mengkonsumsi narkoba," katanya. Namun, tetap bukan itu penyebab dia membunuh anak kandungnya sendiri.

Selain itu, pihaknya juga menemukan kalau M memang sudah tidak bekerja dan hanya mengandalkan nafkah dari anak-anaknya yang justru tidak jelas pekerjaaan. Pasalnya, dia juga tidak mengetahui secara pasti apa pekerjaan putrinya tersebut. "Yang dia tahu hanya minta uang, dan dia tidak tahu dimana Agnes bekerja," jelasnya.

Kasat menjelaskan, M tidak pernah peduli di mana anaknya bekerja. Yang dia tahu hanya bagaimana dia bisa mendapatkan nafkah dari anaknya. Oleh karena itu, dia merasa kesal ketika sang anak sudah tidak lagi peduli dengan dirinya bahkan hingga mengusirnya dari kontrakan yang telah ditempati selama dua tahun tersebut. "Agnes mulai kesal karena Ibunya kerap kali meminta uang terus menerus untuk beli narkoba," ujar Kasat.

Selain itu, fakta lainnya ternyata  Agnes sempat dijual ayahnya sendiri. Kasat menjelaskan, bukan hanya Agnes yang dijual. Kakak dan adiknya, Angga dan Anggi, juga pernah dijual oleh ayahnya. "Saat kami periksa, ternyata ayahnya pernah dipenjara," jelasnya. Ayahnya menjual Agnes dan kedua kakaknya setelah bercerai dengan M.  Namun kini, ayah Agnes itu sudah bebas.

Akibat perceraian itu Agnes dan kedua kakaknya kurang perhatian. Hanya Agnes yang tinggal bersama ibunya. Dua kakaknya tinggal di lokasi lain di Jakarta. Agnes sudah tidak bersekolah lagi sejak keluar dari bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dia memilih bekerja, sebagai sales promotion girl (SPG). Setelah menjadi SPG, kurang lebih selama empat bulan, Agnes dekat dengan laki-laki asal Amerika berinisial C. Setelah berkenalan dengan C, perilaku Agnes berubah. Jika butuh uang, Agnes tinggal meminta dengan C.

Setelah bekerja, Agnes merasa mampu menafkahi ibunya. "Inilah yang dirasakan Ibunya, melihat anaknya tidak hormat lagi." kata Budi. Karena kesal akhirnya M membunuh putri kandungnya dibantu dua pelaku lainnya. Mereka adalah S, anak angkat M, dan U, teman S.

Awalnya, M tidak mengakui telah membunuh anaknya. Namun polisi tidak begitu saja percaya. Saat memberikan keterangan kasus ini, M selalu berubah-ubah. Sehingga, pada saat pemeriksaan lanjutan atau tepat tanggal 7 Maret pelaku akhirnya mengakui telah membunuh putrinya.
 (SJ)

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar