VIVAnews - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum memiliki rencana pasti untuk melanjutkan kembali proyek monorel yang terhenti sejak 2007 silam. Pilihan menggunakan tiang monorel menjadi jalan layang busway juga baru sekedar wacana.
"Butuh studi mendalam, harus diperhitungkan dari konstruksi kereta ke bus. Bisa saja bebannya menjadi lebih berat," ujar Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Transportasi, Sutanto Soehodo saat ditemui usai acara diskusi 'Problematika dan Solusi Efektif Mengatasi Kemacetan Jakarta' di Hotel The Acacia, Jakarta, Selasa 22 Maret 2011.
Sutanto mengakui, bila pembangunan monorel dilanjutkan, membutuhkan biaya yang sangat besar. DKI menurut Sutanto, tak ingin disalahkan akibat mangkraknya proyek ini. "Sekali lagi bukan instansi Pemda, itu swasta. Jadi ini tanggungjawab swasta sebagai inisiator," tegasnya.
Menurut Sutanto, dalam perjalanannya, proyek monorel akhirnya ditangani pihak swasta atas persetujuan Pemda DKI. Namun, dia menampik DKI yang harus mempertanggungjawabkan kegagalan proyek ini. "Bukan hanya Pemda, tapi akhirnya pemerintah pusat pun turun menjamin," ungkapnya.
Proyek ini akhirnya tidak dianggap program prioritas, karena Pemprov tengah mengusung mega proyek Mass Rapid Transit (MRT) senilai Rp15 triliun.
Monorel yang direncanakan terdiri dari enam rangkaian gerbong ini akan beroperasi pada jam-jam padat penumpang saja, dan bukan untuk malam hari. "Kami tidak berpikir harus melanjutkan proyek ini, bermanfaat buat publik bukan berarti membebani pemerintah," katanya.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar